Apa yang Membuat Kita Bahagia?

Ketika hidup sedang karut-marut, pernahkah kamu bertanya apa yang bisa membuat dirimu kembali bahagia. Kalau boleh aku tebak, sebagian dari kalian menginginkan kehangatan dari orang terkasih –pasangan atau keluarga misalnya. Kebahagiaan yang sederhana meski pun tak semua orang menganggapnya sesederhana itu.

Dari pagi hingga malam hari ada orang-orang yang selalu siap di balik kubikel kerjanya; mereka suka membenamkan rasa sedih dengan menyibukkan diri. Di restoran ada mereka yang memuaskan lidah untuk sekadar melupakan masalah. Tak hanya cokelat, makanan favoritmu konon dapat memicu hormon dopamin. Rasa pedas yang membakar lidah tak ayal bisa menghanguskan amarah –sesaat. Mencicip rasa manis dan asam dipercaya mampu meleburkan rasa getir yang selama ini mencengkeram hati; untuk ini, kamu boleh percaya atau tidak –tapi aku tidak.

Belilah barang yang kamu mau, itu juga menawarkan bahagia–pun kalau ada uang. Omong-omong kita juga punya teman-teman yang silih datang dan pergi. Apa itu juga menawarkan bahagia?

Ketika dewasa, teman baik yang hanya terhitung jari sudah sibuk dengan jalan sendiri. Di sisi lain, teman-teman yang tak begitu akrab masih setia berbagi tawa bersama dan kadang kala menggandakan rasa duka. Bahagia yang sesekali perlu dibarengi hitungan mundur.

Selain itu, ada segelintir orang yang mencari kebahagiaan dengan singgah ke tempat-tempat asing. Mereka suka mencoba hal baru, berpetualang, atau menjadikan rasa lelah sebagai titik kepuasan. Sebagian punya cukup uang dan perbekalan dan sebagian yang lain hanya perlu mengumpulkan keberanian sambil mengantongi koin-koin keberuntungan.

Seorang petualang bernama Anida Dyah menuliskan dalam Under The Southern Stars percakapan kecil bersama seorang teman saat berada di Mirrabooka.

“Terima kasih,” ucap Anida.

“Untuk apa?” kata Thomas.

“Karena kau membuatku tersenyum lagi. Bahkan tertawa terbahak-bahak.”

“Kau salah, Anida. Kau tertawa karena kau ingin bahagia,” kata Thomas lagi (hal.239)

Menurut Anida, kalimat itu terucap pelan tetapi menghunjam dalam. Perempuan itu sadar yang membantunya bangkit dari keterpurukan adalah keinginan diri sendiri untuk merasa bahagia.

Setiap orang punya versi bahagianya masing-masing. Kamu boleh mempertimbangkan ucapan teman si petualang atau mencari bahagia dengan caramu sendiri. Ada kebahagiaan yang bisa kamu dapatkan dari orang lain –keluarga, pasangan, teman– atau uang atau barang atau dari dirimu sendiri.

Apa kamu punya opsi lain yang bisa menawarkan kebahagiaan?

4 tanggapan untuk “Apa yang Membuat Kita Bahagia?

  1. Baca ini jujur tersentuh banget kak. Kaya pengingat ke diri sendiri yang kadang cukup sering memaksakan seseorang untuk bahagia dengan cara kita, padahal mereka pun juga punya cara tersendiri buat bahagia. 🤭

    Suka

Tinggalkan komentar